Senin, 20 Februari 2012

Serabi Bandung


Nah, serabi/surabi yang berasal dari kota kembang Bandung berbeda tipenya dengan serabi yang berasal dari Solo, Jawa Tengah. Seperti inilah tampilan serabi/surabi Bandung:

Serabi Bandung
Variasinya sekarang menjadi sangat banyak karena penjual otomatis mengikuti permintaan konsumen. Salah satu tempat yang terkenal dengan Surabi/serabi Bandung adalah kawasan Setiabudi Bandung, yaitu Surabi Enhaii Bandung (NHI Bandung). Kenapa dinamakan Surabi Enhaii, lokasinya karena terletak dekat dengan kampus Enhaii (NHI) Bandung Utara. Ada juga Surabi Ina yang juga menjajakan berbagai macam variasi surabi/serabi. Nah, bagi Anda yang ingin membawa pulang surabi Bandung sebagai oleh-oleh, datang saja ke lokasi-lokasi di atas.













Tempat makan di Bandung




Kali ini Blog jajanan parahyangan akan memberikan beberapa informasi terbaru untuktempat makan di Bandungyang membuka cabang baru, yang pernah dibahas di ulasan Blog Kuliner terdahulu. Banyak informasi terdahulu yang sudah tkurang relevan lagi dengan keadaan sekarang. Nuntuk itu penulis akan mencoba memperbaharui beberapainformasi tempat makan kuliner bandung antara lain :
1.     Dengan adanya wajah BSM (Bandung Super Mal) yang baru, beberapa franchise kuliner bandung membuka cabang di sana, diantaranya adalah:
o    Pepper Lunch
yang sudah pernah dibahas di Pepper Lunch PVJ Bandung
o    Suis Butcher
yang sudah pernah dibahas di Suis Butcher - Kuliner Bandung
o    Rumah Makan Ampera
yang sudah pernah dibahas di Warung Nasi Ampera Bandung
o    The Duck King
Restaurant yang menyediakan dim sum dan berbagai menu chinese food lainnya setelah terlebih dahulu membuka cabang di PVJ (Paris Van Java ) Bandungsejak 2008, kini membuka cabang baru pada akhir tahun 2011 di Bandung Super Mall (BSM) Bandung.
Dominos's Pizza Bandung membuka cabang di sebelah Super Indo Dago (masih satu kompleks atau satu lahan parkir dengan Super Indo Dago dan KFC Dago), yaitu di Jl Dago atau Jl IR Haji Juanda 40-42, Dago Bandung. Jadi kalau Anda ingin makan di tempat atau makan on the spot dan malas untuk pergi ke PVJ Sukajadi (Paris Van Java Mal Sukajadi) karena macet atau jauh, Anda dapat berkunjung ke Domino’s Pizza Dago. Namun, kali pertama penulis bertandang ke Domino’s Pizza Dago Bandung, Pizza yang dipesan kurang enak bila dibandingkan dengan yang biasa dinikmati di Domino’s Pizza PVJ Bandung (pizza yang dipesan terasa lebih keras, kurang empuk). Mungkin karena waktu itu baru buka, karena biasanya setiap franchise baru pasti sudah ada quality standarnya, yang sudah diawasi dengan ketat oleh pusat.

Beberapa tempat makan/tempat kuliner yang sudah pernah dibahas juga ada telah gulung tikar, seperti :
  1. Pempek Bang Awi
  2. Spring Heaven Restaurant
Demikianlah info terbaru tempat makan kuliner Bandung. Ikuti terus perkembangan wisata kuliner di Bandung hanya di Blog Kuliner.

Rating : 5
Reviewed by : Adeline Adinoto

Rumah makan yang satu ini namanya memang unik. Fat Bao sesuai namanya memang menyediakan beraneka macam bapao / bakpaosebagai sajian utamanya. Tempat makan kuliner di Bandung yang satu ini juga menyediakan berbagai macam dim sum, serta tak ketinggalan beraneka rasa bubur.

Berikut adalah tampilan luar
 Fat Bao BSM Bandung:

Fat Bao BSM

Rasa berbagai
 bapao / bakpao di Fat Bao, diantaranya adalah :
Bao Telur Asin, Bao ChaShew, Bao Pasir Mas, Bao Pandan, Bao Talas, Bao Ayam Jamur, Bao Bebek BBQ, Bao Taosa, Bao Kacang Cokelat, Bao Durian, Bao Cokelat, Bao Strawberrry, dll. Saran penulis beberapa yang sudah dicoba dan terbukti enak adalah Bao Pasir Mas, Bao Telur Asin, Bao Cha Shew, Bao Bebek BBQ, dan lain-lain sedangkan untuk pilihan rasa seperti Bao Strawberry, Bao Talas, Bao Mocha, cenderung biasa saja.


Pilihan Rasa Bapao / Bakpao di Fat Bao BSM
Harganya sendiri untuk 3 Bao di Fat Bao adalah Rp 16.900, sedangkan untuk 6 Bao di Fat Bao adalah Rp 29.900, 9 Bao di Fat Bao adalah Rp 42.900, dan untuk selusin/12 Bao di Fat Bao BSM adalah Rp 55.900 seperti tampak pada foto berikut :

Harga Bao di Fat Bao BSM
Dim sum di Fat Bao diantaranya adalah Siomay, Cakue, Hakau, Udang Tim Jamur, Lumpia Saus Tiram, Lumpia Salad Seafood, Lumpia Kulit Tahu, Baso Sotong Roti, Sosis Sotong, Pangsit Udang Salad, dan masih banyak lagi. Harga dim sum di Fat Bao BSM dibandrol Rp 16.000 – Rp 21.000 per porsinya. Rasa dim sumnya sendiri terbilang lumayan enak.
Di Fat Bao BSM juga ada paket hemat untuk Nasi dan lauknya, seperti Nasi + Sapi Lada Hitam + Sayuran, Nasi + Ayam Jahe + Sayuran, Nasi + Udang Goreng Mayonaise + Sayuran, Nasi + Ayam Crispy + Sayuran, berbagai macam Nasi Goreng serta Bakmi, dan masih banyak lagi lainnya. Harga untuk Bao Personal Package atau paket nasi ini sekitar Rp 20.000 – Rp 40.000.

Menu Personal Package di Fat Bao BSM

Pada kesempatan ini penulis mencoba mencicipi Bakmi Hongkong Bebek BBQ Asin, seperti tampak pada foto berikut :

Bakmi Hongkong di Fat Bao BSM
Rasa Bakmi Hongkong Bebek BBQ Asin di Fat Bao BSM enak, apalagi bila memakai sambel ala Chinese Food Fat Bao yang rasanya mantap, namun sayang bebek BBQ nya terbilang keras, kurang empuk, dan porsinya sendiri tak bisa dibilang besar, sehingga bakmi dengan cepat tandas masuk perut.
Di Fat Bao juga menyediakan berbagai macam menu Chinese Food, seperti Brokoli Bawang Putih, Brokoli Seafood, Sup Asparagus Kepiting, Sup Tahu Pocay Daging Sapi, Mie Goreng Vegetarian, Mie Goreng Ayam, Sapo Tahu Seafood, Ayam Kung Pao, dll. Harganya sekitar Rp 30.000 – Rp 50.000. Ada juga Menu Special dari Fat Bao.

Menu Special Bao dari Fat Bao BSM

Selain Memesan Bapao / Bakpao, penulis juga memesan Sapo Tahu Seafood. Rasanya lumayan, hanya saja porsinya memang kecil untuk harga Rp 50.000.
Harga minuman nya sendiri untuk Chinese Tea dibandrol Rp 6.900 per gelasnya, namun bisa di refill atau bisa minta isi ulang.
Untuk yang dibawa pulang Fat Bao menawarkan menu andalannya yaitu bapao / bakpao, dengan pesan panaskan bapao / bakpao dengan microwave selama 8 detik pada posisi high, atau kukus setelah air mendidih selama 5 menit.
Kebetulan menjelang akhir tahun 2011 ini Fat Bao BSM Bandung mengadakan promo, yaitu diskon sebesar 30% untuk setiap pembayaran transaksi minimal Rp 100.000 (tentu saja sebelum pajak/ sebelum tax and service), namun berlaku untuk semua, makanan dan minuman.


Nah, jadi bagi Anda yang penasaran, manfaatkan promo akhir tahun 2011 sebagai ajang untuk mencicipi beraneka makanan dan minuman yang ditawarkan di Fat Bao Bandung. Selamat menikmati!


Senin, 30 Januari 2012

RUJAK JALAN MACAN


BEBERAPA penggemar rujak sering merasakan pusing kepala Abila tiga hari berturut-turut tidak makan rujak pedas. Bagi mereka menyantap rujak dari buah segar maupun umbi- umbian merupakan cara paling enak buat memenuhi kebutuhan vitamin. "Sekali-kali memang aku minum jus atau makan buah potong.
 Tapi sensasinya beda kalau aneka buah segar itu dimakan setelah dicocol bumbu rujak. Jadi lebih kaya rasa. Manis, asam segar, pedas, kadang gurih kalau bumbunya dicampur kacang," ungkap Tesa (38), seorang pengusaha busana muslim.
Para penggemar rujak di seputaran Bandung tentu takkan kesulitan buat mendapatkan rujak. Selain penjual keliling dan warung-warung khusus rujak, aneka jenis rujak sering ditemui warung-warung lotek, kafe, hingga rumah makan,khas,Sunda.
Seorang penjual rujak keliling biasanya hanya menawarkan satu di antara tiga jenis rujak. Yaitu rujak manis atau rujak cowel, rujak bebek, dan rujak serut.
Sementara di warung rujak, kafe, dan rumah makan, variasi menu rujak yang ditawarkan bisa lebih banyak.
"Setiap ke kafe ini aku pasti pesan rujak sebelum makan makanan utama. Posisi rujak, kan sama seperti salad. Supaya nggak bosan menu rujaknya ganti-ganti. Rujak manis, rujak serut, rujak cuka, atau rujak dengan toping buah delima yang biasanya cuma di acara tujuh bulanan wanita hamil," ujar Tesa, pengunjung Kafe Bali.
Selain racikan bumbu, kondisi buah, umbi, maupun sayuran turut menentukan kualitas rasa rujak. "Sejak usaha ini dirintis oma kami, Ny Tanitasari tahun 1974, kita selalu pilih bahan- bahan segar untuk membuat rujak," jelas Brandy, Humas Warung Lotek Macan, Rabu (7/4) siang.

Warung Lotek Macan sendiri menyediakan empat jenis rujak. Rujak manis, rujak bebek, rujak asinan Bogor, dan rujak asinan Bandung. Buah dan sayuran yang dipakai rujak yaitu jambu air, bangkoang, kadondong, ubi, kol, tauge, dan mentimun. "Rasa bumbu kita tetap pertahankan sehingga kosumen bisa dapat rasa bumbu orisinal," terang Brandy.

Bumbu standar rujak kebanyakan terdiri dari campuran cabai, terasi, garam, gula aren, dan asam Jawa. Tapi di Kampung Ciherang, Desa Kiangroke, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung bisa kita temui Rujak Ciherang yang sejak dirintis Mak Empeh tahun 1925, bumbunya memakai campuran honje atau kecombrang.

"Aroma bumbu rujaknya khas banget, rada asem-asem segar, pake kecombrang di bumbu rujaknya bikin aromanya khas banget yang pasti sedep pisan euy. Apalagi kalo makannya pake krupuk," ujar Nani (40), seorang pelanggan Rujak Ciherang.

“Ndeso” Instan,

Di tangan Hendro Widodo, makanan orang susah seperti tiwul dan gatot bisa menjadi produk bisnis menguntungkan. Ia mengemas makanan berbahan dasar singkong ini dalam bentuk instan. Sejauh ini, pengusaha yang menggarap bisnis ini masih sedikit. Omzetnya bisa mencapai Rp 10 juta per bulan.
Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, orang mengenal tiwul dan gatot sebagai makanan orang susah. Jika beras mahal atau sawah mengalami kekeringan, orang desa mengonsumsi makanan olahan dari ketela kering (gaplek) yang dihaluskan ini. Kita masih bisa menjumpai makanan ini di sejumlah daerah, seperti Kabupaten Wonogiri di Jawa Tengah, Gunung Kidul, Yogyakarta, dan Blitar di Jawa Timur.
Tapi, jangan salah, di tangan Hendro Widodo, tiwul dan gatot yang merupakan makanan ndeso itu bisa menjadi komoditas yang menghasilkan uang. Hendro yang berasal dari Serengat, Blitar, tahu betul kebiasaan masyarakat daerahnya mengonsumsi tiwul dan gatot. Agar lebih menarik, pada tahun 2003 ia mulai memproduksi tiwul dan gatot dalam kemasan, atau ia biasa menyebutnya tiwul dan gatot instan. “Modal awal saya cukup besar, yakni Rp 25 juta,” katanya. Pada awal 2004, Hendro mulai memberi merek dua produknya Titan dan Gatan.
Proses menjadikan tiwul dan gatot instan cukup panjang. Hendro kerap mengganti resep agar semakin sempurna. “Komplain dari konsumen adalah masukan berarti buat saya,” katanya.
Ia tak berhenti melakukan uji coba. Awalnya, ia mengetes resep di laboratorium Universitas Airlangga, Surabaya. Belakangan, ia mengetes resep terbaru di laboratorium Universitas Blitar. Dan akhirnya, Hendro mengaku kini sudah menemukan resep yang tepat.
Meski pelbagai uji coba sudah lewat, Hendro tetap menyimpan rapat-rapat resep tiwul dan gatot instannya. Saat produksi, Hendro sendiri yang meracik menu. Adapun lima karyawannya hanya meneruskan proses produksi berikutnya. Menurut Hendro, semua proses produksi dilakukan dengan cara sederhana. “Termasuk pengeringan yang masih memakai panas matahari. Saya belum punya dana untuk membeli oven,” akunya.
Hendro menjual tiwul dan gatot instan dalam dua bentuk: kemasan dan curah. Ia membanderol kemasan seberat 250 gram dengan harga Rp 5.000. Adapun harga tiwul dan gatot instan curah lebih murah, yakni Rp 10.000 per kilogram (kg). “Tapi, saya menjual 80 persen produk dalam kemasan,” ungkap pria 24 tahun ini.
Hendro menyediakan tiwul instan dalam dua rasa, manis dan tawar. Lulusan SMK Jurusan Otomotif ini menegaskan, tiwul tawar bisa sebagai pengganti nasi. “Juga cocok untuk pengidap diabetes dan diet,” katanya.
Cara penyajian kedua makanan ini murah. Kita tinggal merendam tiwul ukuran 250 gram dengan sekitar 150 cc air. Setelah dua menit, kukus tiwul selama 20 menit. Setelah mekar, paling enak tiwul dicampur taburan parutan kelapa yang sudah dibubuhi garam, keju, atau meses.
Penyajian gatot sama dengan tiwul. Hanya, waktu merendamnya lebih lama, minimal delapan jam. Makin lama justru lebih baik karena gatot bisa lebih kenyal.
Lewat 27 agen, produk Hendro kini sudah tersebar di beberapa daerah seperti Surabaya, Semarang, Bandung, Jakarta, Batam, Manado, dan Banjarmasin. “Permintaan paling bagus justru di Manado,” katanya. Selain lewat agen, Hendro juga menitipkan produknya di beberapa outlet di Jawa Timur dengan sistem konsinyasi atau bagi hasil.
Dalam sebulan, Hendro bisa memproduksi dua ton tiwul dan sekitar 600 kg sampai 800 kg gatot. Selama ini, ia tak mengalami kesulitan soal pasokan bahan baku. Sebab, daerahnya sangat kaya dengan singkong. Setiap bulan, Hendro mampu meraup omzet penjualan sampai Rp 10 juta. Laba bersihnya sekitar 30 persen. (Anastasia Lilin Yuliantina/Kontan)
sumber:kompas.com

MARTABAK UNYIL



Kuliner martabak, merupakan sajian yang biasa ditemukan di Arab Saudi terutama di wilayah Hijaz, selain itu terdapat pula di Yaman, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei. Tergantung pada lokasinya, nama dan komposisi martabak pun dapat bervariasi.
Di Indonesia ada dua jenis martabak, yaitu martabak asin yang terbuat dari campuran telur dan daging. Dan martabak manis atau sering kita kenal dengan sebutan terang bulan yang terebuat dari adonan tepung terigu dan coklat kacang. Berbeda dengan martabak telur, martabak manis merupakan jenis kue atau roti isi selai yang biasa dinikmati pada saat santai sebagai camilan ringan.
Menurut sejarahnya, kehadiran makanan martabak di Indonesia bermula sekitar tahun 1930-an, dari seorang pemuda asal Tegal yang mengadu nasib berjualan makanan dan mainan anak-anak pada perayaan yang dilangsungkan di kota-kota besar seperti Semarang. Di kota inilah, seorang pemuda tersebut berkenalan dengan seorang pemuda India yang memiliki keahlian membuat makanan yang terbuat dari adonan terigu yang bernama martabak. Dialah salah satu pemuda India yang berhasil memodifikasi martabak dari resep aslinya.
Kedua pemuda ini, mulai berbisnis martabak dengan menyesuaikan citarasa maupun kebiasaan masyarakat Indonesia, terutama orang Jawa, yang pada umumnya menyukai makan sayur-sayuran dan tidak terlalu suka daging. Sampai saat ini, jenis martabak yang ditemui di pelosok Indonesia, merupakan hasil modifikasi.
Kebanyakan pembeli martabak unyil adalah mahasiswa, karena usaha Aziz berada di komplek antara kampus UGM dan UNY. Namun secara umum semua masyarakat dapat dijadikan sebagai target pasar usaha ini, karena produk yang ditawarkan dapat dikonsumsi anak kecil, remaja bahkan orang tua. Rasanya yang manis, bentuknya yang unik, dan harganya yang murah dapat dijangkau oleh semua kalangan  masyarakat.

Nostalgia nan Dingin bersama Es Lilin Bandung



Saat Anda di Bandung dan ingin menikmati sesuatu yang dingin serta menyegarkan, pilihan tepat jatuh ke penganan es khas Bandung, Es Lilin.          Namanya sudah terkenal seantero Indonesia, terutama karena diangkat menjadi sebuah lagu tradisional dari Bumi Priangan (yang kini sering mengalun pada sebuah iklan sirup). Istilah “es lilin” datang dari bentuknya yang ramping bak sebatang lilin.
Es Lilin terbuat dari campuran susu dan santan kelapa, membuat rasanya berbeda dari es krim biasa. Es Lilin dibuat dalam berbagai rasa, mulai dari coklat, alpukat, ketan hitam, rujak, dan aneka rasa lainnya. Tak jarang juga es lilin dibalut dengan coklat dan kacang, menambah selera untuk menikmatinya. Cara pembuatan es lilin sesungguhnya sangat unik.
Campuran bahan dituangkan ke dalam cetakan lalu diberi stik. Cetakan ini dimasukkan ke dalam gerobak dingin, lalu gerobak tersebut digoyang-goyang untuk membuat es lilin menjadi siap dinikmati.
Karena proses ii, banyak yang menyebut es lilin sebagai “es goyang”. Kini, banyak kreasi baru dari Es Lilin, seperti es lilin dengan potongan buah di dalamnya atau es lilin yang dibaut dari yoghurt. Proses pembuatan tradisional yang digoyang-goyang pun kini mulai terganti oleh mesin-mesin berteknologi canggih.
Namun, masih banyak pula orang-orang yang mencari Es Lilin tradisional khas tempo dulu. Bagi mereka, Es Lilin tradisional kerap membangkitkan nostalgia yang menyenangkan saat mencicipinya. Anda yang ingin menikmati Es Lilin tempo dulu, dapat datang ke sebuah rumah makan Sunda di Jl. Trunojoyo, tak jauh dari Gedung Sate. Di sini Anda dapat menikmati Es Lilin yang lezat sambil menyaksikan pembuatannya yang menggunakan gerobak goyang ala zaman dahulu kala. Lain cerita bila Anda ingin mencicipi Es Lilin dengan berbagai variasi rasa, hingga yang tidak biasa. Kunjungi saja sebuah toko Es Lilin khas Bandung yang terletak di Jl. Lengkong Besar, dekat belokan Jl. Cikawao. Di sini tersedia setidaknya 17 rasa Es Lilin yang menggoda selera, semuanya begitu memanjakan lidah Anda.

Keripik Maicih



Bandung yang juga terkenal dengan sebutan kota kembang merupakan tujuan pariwisata terkenal di Jawa Barat. Udaranya yang dingin sejuk dan mojang priangannya yang cantik-cantik mejadikan Bandung tujuan favorite berakhir minggu. Setiap akhir minggu turis lokal dari Jakarta dan turis mancanegara terutama dari Malaysia memenuhi tempat pariwisata yang ada di Bandung. Bila anda berkunjung ke Bandung, tidaklah lengkap bila mampir berbelanja ke factory outlet dan berwisata kuliner. Berbagai penganan khas Bandung yang wajib dicicipi dan dibawa pulang sebagai oleh-oleh antara lain: brownies, pisang molen Kartikasari, cireng, surabi, batagor dan segudang snacks dan kue2 khas Bandung. Satu lagi snacks yang wajib dibeli adalah keripik setan (pikset) Maicih. Apa sih keripik setan Maicih ?
Maicih merupakan salah satu produk makanan ringan yang berdiri sejak Juni 2010. Keripik merupakan salah satu makanan ringan yang diproduksi. Produk yang berbahan baku singkong ini digolongkan menjadi 3 kategori berdasarkan tingkat kepedasannya yaitu keripik level3, keripik level 5 dan keripik level 10. Sampai saat ini keripik fenomenal telah tersebar di beberapa kota besar di Indonesia seperti Bandung, Jakarta, Jogjakata, Semarang, Malang, Surabaya dan kota-kota besar lainnya.                                                                        Rasanya yang pedas membuat penasaran untuk mencicipinya. Harganya sendiri sangat beragam dan tergantung wilayah pemasaran. Daftar harganya bisa di cek di http://maicih.com/vroduk/kerivik-level-3/
Selamat mencoba..

Gehu Hot Jeletot

Pada bulan puasa ini, saat-saat yang mengasikkan adalah berburu makanan untuk berbuka puasa. Berbuka puasa dengan kolak atau kurma itu sudah biasa, tetapi dengan gorengan tahu pedas, maka itu baru tidak biasa.
                    Di Bandung, gorengan semacam bala-bala dan gehu (singkatan dari “toge di dalam tahu”) sudah menjadi makanan pengganjal perut kala sore atau malam hari. Nah, gorengan yang terakhir, gehu, tiba-tiba menjadi buruan orang ketika berbuka puasa. Gehu adalah tahu goreng yang di dalamnya diisi dengan sayuran toge (tauge) dan wortel. Sebelum digoreng, gehu ini dimasukkan ke dalam adonan tepung, lalu digoreng hingga garing. Dimakannya dalam keadaan panas dengan cabe rawit.
Biasa saja sih sebenarnya gehu ini, kita sering menemukan gorengan tersebut pada penjual gorengan yang banyak berjualan di pinggir jalan. Namun, entah siapa yang memulai, gehu ini dimodifikasi menjadi gehu pedas, sehingga memakannya tidak perlu lagi sambal atau cabe rawit. Rasa pedas ditimbulkan oleh sayuran di dalamnya yang sudah dicampur dengan sambal cabe rawit. Orang Indonesia mana yang tidak doyan pedas, sekali makan akan ketagihan.
                    Akhirnya, gehu pedas dicari banyak orang untuk berbuka puasa.
Selama bulan puasa ini saya melihat banyak sekali muncul pedagang gehu pedas bagai jamur dimusim hujan (emang lagi hujan nih Bandung setiap hari). Berjejeran sepanjang jalan. Biasalah orang Indonesia, cepat sekali meniru jika ada yang jualannya laris. Pada gerobaknya ditambahkan kata “pedas” untuk menarik pembeli. Jika hanya gehu biasa saja, kurang laku, tetapi kalau gehu pedas, maka banyak orang yang antri untuk membelinya.
Seperti penjual gehu pedas yang menamakan gehu pedasnya hot jeletot. Apa ya artinya? Campuran bahasa Inggris dan bahasa Sunda, Hot = panas, jeletot = sensasi yang ditimbulkan oleh rasa pedas. Pedagang gehu ini sehari bisa menjual sampai 600 buah gehu, itu pun masih kurang karena banyak pembeli yang tidak kebagian. Gehunya menjadi istimewa karena di dalam campuran sayur toge dia tambahkan irisan daging sapi kecil-kecil. Satu buah gehu pedas dijual Rp2000. Yang beli terpaksa harus antri panjang di belakang gerobaknya.

Kemana Perginya si CIlok Juara

Sudah tak heran lagi jika setiap hari jum’at, aku dan rekan-rekan kerja mengatakan “Cilok Day”. Sebelum jumatan kita berempat selalu menyempatkan waktu untuk mencicipi jajanan tradisional “Cilok”, Aci dicolok yang pada kenyataan nya memang g selalu di colok ada juga yang pake pisin, seperti yang biasa aku beli sama teman teman. Aneh bin ajaib, setelah beberapa kali kita mencicipinya kita merasa ketagihan dan kebiasaan itu berulang setiap akhir pekan, rasanya yang gurih membuat cilok ini berbeda dari cilok cilok yang lain. Setengah jam menjelang jumatan biasanya kita dateng dan makan cilok plus teh botol, sekalian melepaskan penat di kepala sebagai akibat dari situasi kerja yang akhir akhir ini memang memeras otak.


Dua minggu yang lalu kebiasaan ini tidak lagi terulang, gerobak cilok yang biasanya nangkring di pinggir jalan itu menghilang entah kemana. Ekspresi kecewa terlihat di raut wajah teman teman, termasuk juga aku. Akhirnya kami tidak lagi dapat merasakan betapa enaknya cilok juara itu. Bagi teman teman yang mempunyai referensi mengenai makanan kuliner yang murah dan menggiurkan segera kasih comment ya.

Sop Buah



Bandung sebagai salah satu kota besar yang memiliki potensi sebagai kota sentra bisnis kuliner dan bisnis fashion ternyata sudah tidak dapat diragukan lagi. Dari mulai bisnis fashion, bisnis makanan, hingga bisnis minuman banyak ditemukan di kota tersebut.


Salah satu potensi bisnis dari kota Bandung, adalah bisnis sop buah. Yang dulunya menu sop buah hanya dikenal masyarakat Bandung saja, sekarangminuman ini dapat ditemui di berbagai kota selain Bandung, bahkan hingga dikenal pasar mancanegara seperti di negara tetangga Malaysia.
Di Yogyakarta, menu sop buah juga mulai banyak ditemui di pinggiran jalan yang ada di kota tersebut. Salah satu penjual sop buah yang ada di kota Yogya adalah Bapak Saryono. Pedagang kaki lima yang menjajakan menu minuman sop buah dan jus buah ini membuka usahanya di pertigaan jalan Babarsari, lebih tepatnya di depan Depok Sport Center. Dalam menjalankan usahanya, Pak Saryono bekerja sama dengan Bapak Hedi yang berada di Bandung,.