Senin, 30 Januari 2012

RUJAK JALAN MACAN


BEBERAPA penggemar rujak sering merasakan pusing kepala Abila tiga hari berturut-turut tidak makan rujak pedas. Bagi mereka menyantap rujak dari buah segar maupun umbi- umbian merupakan cara paling enak buat memenuhi kebutuhan vitamin. "Sekali-kali memang aku minum jus atau makan buah potong.
 Tapi sensasinya beda kalau aneka buah segar itu dimakan setelah dicocol bumbu rujak. Jadi lebih kaya rasa. Manis, asam segar, pedas, kadang gurih kalau bumbunya dicampur kacang," ungkap Tesa (38), seorang pengusaha busana muslim.
Para penggemar rujak di seputaran Bandung tentu takkan kesulitan buat mendapatkan rujak. Selain penjual keliling dan warung-warung khusus rujak, aneka jenis rujak sering ditemui warung-warung lotek, kafe, hingga rumah makan,khas,Sunda.
Seorang penjual rujak keliling biasanya hanya menawarkan satu di antara tiga jenis rujak. Yaitu rujak manis atau rujak cowel, rujak bebek, dan rujak serut.
Sementara di warung rujak, kafe, dan rumah makan, variasi menu rujak yang ditawarkan bisa lebih banyak.
"Setiap ke kafe ini aku pasti pesan rujak sebelum makan makanan utama. Posisi rujak, kan sama seperti salad. Supaya nggak bosan menu rujaknya ganti-ganti. Rujak manis, rujak serut, rujak cuka, atau rujak dengan toping buah delima yang biasanya cuma di acara tujuh bulanan wanita hamil," ujar Tesa, pengunjung Kafe Bali.
Selain racikan bumbu, kondisi buah, umbi, maupun sayuran turut menentukan kualitas rasa rujak. "Sejak usaha ini dirintis oma kami, Ny Tanitasari tahun 1974, kita selalu pilih bahan- bahan segar untuk membuat rujak," jelas Brandy, Humas Warung Lotek Macan, Rabu (7/4) siang.

Warung Lotek Macan sendiri menyediakan empat jenis rujak. Rujak manis, rujak bebek, rujak asinan Bogor, dan rujak asinan Bandung. Buah dan sayuran yang dipakai rujak yaitu jambu air, bangkoang, kadondong, ubi, kol, tauge, dan mentimun. "Rasa bumbu kita tetap pertahankan sehingga kosumen bisa dapat rasa bumbu orisinal," terang Brandy.

Bumbu standar rujak kebanyakan terdiri dari campuran cabai, terasi, garam, gula aren, dan asam Jawa. Tapi di Kampung Ciherang, Desa Kiangroke, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung bisa kita temui Rujak Ciherang yang sejak dirintis Mak Empeh tahun 1925, bumbunya memakai campuran honje atau kecombrang.

"Aroma bumbu rujaknya khas banget, rada asem-asem segar, pake kecombrang di bumbu rujaknya bikin aromanya khas banget yang pasti sedep pisan euy. Apalagi kalo makannya pake krupuk," ujar Nani (40), seorang pelanggan Rujak Ciherang.

3 komentar: